Angsa Jenius

"Jika tidak sibuk dengan kebaikan, berarti kita tengah sibuk dalam keburukan, atau minimal kesia-siaan."

Menyambut 2013, dengan 2012 yang Terlalu Manis

Friday, December 28, 2012

Dalam tiga hari, gw harus beradaptasi untuk menulis 2013 setiap mencatat tanggal, bukan lagi 2012. Dalam tiga hari, 2012 akan berakhir. Dalam tiga hari, catatan resolusi 2012 harus dievaluasi lebih banyak yang tercapai atau sebaliknya. Dalam tiga hari, 2013, ah selamat datang! :party


Tahun baru? Sebenernya gw udah bertahun baru duluan, tahun baru Hijriah kemarin. Tapi pun dalam tiga hari gw akan kembali bertahun baru. Oh bukan, bukan dengan pesta kembang api atau dengan keluar malam pulang pagi, rencana sederhana: di kosan, ngemil, mantengin TL, nulis dan ………..nea (istilah untuk ngutak atik TA). Aaaaah anyway 
wish me all the uber best ya! Mau lulus huaaaa..


You know you’re old when you decide to spend your new year holiday in your room.

Well, bukan arti denotasi mentah ya kalimat gw di atas. What about replacing old to mature? Ya walaupun ngga 100% bener, tapi itu berlaku untuk sebagian orang. Macet dimana-mana, rawan bahaya. Ada kisah nyata yang bikin gw males dan merinding kalo mau keluar tahun baruan cuma buat hura-hura. Seseorang yang gw kenal, mari kita sebut sebagai mba Danone, adalah tetangga gw. Dulu temen ngaji di TPA walaupun terpaut sekitar 6 tahun. Beliau kuliah di Jogja. Lamaaa gw ngga denger kabar apapun tentangnya, sampai pada suatu hari ada kabar lelayu. Mba Danone meninggal. Innalillahi wa inailaihi raji’un. Mba Danone ini meninggal dalam perjalanan pulang ke rumah, sekitar jam 3 dini hari, setelah merayakan tahun baru bersama pacarnya. Mereka berdua sama-sama meninggal karena motornya ketabrak bus. Tragis. Memang, urusan mati itu urusan gaib yang kita ngga tahu kapan, tapi mati dengan cara itu, sungguh mengerikan buat gw.


Lalu ada apa dengan tiga hari menjelang 2013? ada resolusi yang harus dipenuhi! :h
Gw akan share sebagian dari tips mewujudkan resolusi yang gw dapet dari buku Changing the Impossible to I’m Possible tulisan Victor Setiawan Taslim.  

Goal Setting

Goal adalah hal pertama yang harus ditetapkan. Dengan goal, usaha bisa terarah jelas. Bahasanya Alanda Kariza, a goal is dream with deadline. Maka tetapkan target-target 2013 nanti sejelas-jelasnya secara tertulis karena secapa psikologis itu akan mempengaruhi alam bawah sadar kita untuk mewujudkannya. Efeknya? Jelas, fisik akan tergerak ke arah target itu. Dengan target, tujuan menjadi jelas. Dengan target, fokus bisa diatur sehingga ngga banyak energi terbuang untuk hal-hal di luar target. Dengan target, energi bisa diarahkan langsung tanpa terbuang banyak untuk aktivitas yang sia-sia. Dengan target, potensi besar bisa muncul karena usaha dan eksplorasi diri.


Maka seperti yang gw dapet di berbagai seminar dan pelatihan, tetapkan goal dengan SMART (specific, measurable, actionable, realistic, time based). Untuk 2013, SMART doang ngga cukup. Lo harus SMARTER, dengan membuat goal yang exciting dan rewarding. 8)

Exciting, goal harus menginspirasi dan menarik buat si goal setter. Dengan begitu, kita akan melakukan apa pun demi mencapai goal tersebut. And then there’s nothing such an excuse, if you’re really into it, you’ll do everything humanly possible to make it true. Rewarding, goal harus memberikan kebahagiaan dan kepuasan, baik saat tercapainya maupun dalam perjalanan mencapai goal.

Contoh goal SMARTER: Dapet A di 6 dari 8 mata kuliah semester 5 dan gw akan menghadiahi diri sendiri dengan liburan ke Karimun Jawa. Exciting? Yes! Rewarding? Yes! SMART? Yes! :star

Priority Management

Di balik rahasia orang-orang sukses, ada manajemen waktu yang baik. Dengan manajemen waktu yang baik, prioritas bisa berjalan dengan baik. Tentukan apa yang harus dicapai. Tentukan gimana cara tetep on the track dalam hal-hal yang harus dicapai.


Kalo dihitung-hitung dalam pemisalan, 24 jam yang sama yang kita punya habis 6 jam buat tidur, buat mandi dan makan 3 jam, buat kuliah atau kerja 8 jam, buat ngobrol-ngobrol 2 jam, buat ibadah 2 jam, sisanya? 3 jam! Gimana 3 jam ini dipake, ini yang akan menentukan kesuksesan hidup kita *sembari ngomong sama kaca*


Di buku 7 Habits of Highly Effective People-nya Stephen R. Covey, ada time matrix yang bisa dipake untuk ngatur prioritas, mana yang harus dikerjakan segera, bisa ditunda dsb. Penjelasan singkatnya, prioritas diklasifikasi dalam empat kategori; A, B, C dan D. A untuk hal-hal yang MENDESAK DAN PENTING, do it now. B untuk hal-hal yang NGGA MENDESAK TAPI PENTING, do it before it becomes urgent. C untuk hal-hal yang MENDESAK TAPI NGGA PENTING, do it if you can. Dan D untuk hal-hal yang NGGA MENDESAK DAN NGGA PENTING, don’t do it. Dengan bikin daftar aktivitas yang masuk dalam kategori A, B, C dan D, 24 jam bisa dimanfaatkan dengan lebih baik.

We can’t buy time, can we?
Active

Yap, aktif. Semua target yang udah ditulis cantik dengan SMARTER dan diklasifikasikan dalam time matrix ngga akan berarti apa-apa kalo cuma diliatin. Be active, be proactive. :fire


Target ada bukan untuk dijadikan tulisan, tapi untuk diwujudkan.

Aaaaah, dalam 3 hari 2012 akan berakhir dan ngga akan terulang, ngga akan ada 2012 lagi selamanya. Momen-momen tak terbeli pun ngga akan pernah bisa diulang. Biasanya di awal bulan, twitter rame dengan “please be nice to me”, akankah 2013 juga? It’s not the month which can be nice to you, it’s you who can be nice to yourself and your life.


Buat gw, 2012 itu…………………………. salah satu tahun terbaik yang gw punya. Dengan banyak keputusan besar, dengan banyak perubahan besar, dengan beberapa pencapaian yang menyenangkan, dengan momen-momen priceless bersama teman-teman terbaik, dengan resolusi-resolusi yang tercapai dan menyisakan sedikit hutang resolusi untuk 2013. <3

Ada sakit di 2012, tapi itu menjadikan gw banyak belajar. Ada banyak air mata di 2012, tapi itu menjadikan gw lebih tegar sekarang. Ada banyak sekali salah di 2012, tapi bukankah tak ada orang yang luput dari kesalahan?

Dan Desember, ah bahkan Desember ini terlalu ngga terduga buat gw. Desember ini terlalu manis, bahkan untuk sekedar diingat. <3



Menyambut 2013, dengan lebih meyakini bahwa akhir yang baik bukan hanya buah dari awal yang baik, tapi juga proses yang baik; dengan Cinta Sejati (OST Habibie Ainun) dan Perahu Kertas yang diulang entah untuk keberapa kalinya.

Wanita Favorit Sepanjang Masa

Monday, December 24, 2012

Hari Ibu…..

Mari dimulai dari sesi serius tentang sejarah Hari Ibu :)


Di Indonesia, hari Ibu dirayakan tanggal 22 Desember. Di Negara lain, ada yang merayakan hari Ibu pada hari minggu kedua di bulan Mei dan 8 Maret. Nah, sejarahnya niih.. dulu, ada Kongres Perempuan Indonesia I yang dihadiri pejuang-pejuang wanita, tanggal 22-25 Desember 1928 di Jogja, gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang jadi kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional. Kongres dihadiri kurang lebih 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra. Salah satu hasilnya adalah membentuk Kongres Perempuan yang sekarang dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Organisasi-organisasi perempuan yang hadir ini banyak yang berumur lebih tua, berdiri sekitar 1912, diprakarsai oleh pejuang-pejuang wanita. Christina Martha Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Muetia, R.A Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan ada di antaranya. Kongres tadi dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia karena pemimpin organisasi-organisasi perempuan tadi berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Macam-macam isu yang dibahas, diantaranya persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan penjajah, pelibatan perempuan dalam pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi, bahkan sampai kesehatan bagi ibu dan balita, dan pernikahan usia dini bagi perempuan. Naah, tanggal 22 Desember ini ditetapkan sebagai Hari Ibu dalam Kongres Perempuan Indonesia III, 1938. Saat 25 tahun sejak penetapan itu, tahun 1953, Hari Ibu dirayakan meriah dari Meulaboh sampai Ternate. Waktu berjalan. Pada 1959, Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa 22 Desember adalah Hari Ibu. Misi awalnya peringatan Hari Ibu ini adalah mengenang semangat dan perjuangan para pejuang perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja sama.


Hebat ya? Perempuan memang berbeda dengan laki-laki, tapi justru itu yang menjadikannya cocok untuk melengkapi. 2012, gw hidup di era dimana perempuan udah dapet hak yang (hampir) sama dengan laki-laki. Bisa sama-sama sekolah, bisa sama-sama kerja, bisa sama-sama jadi pejabat, bisa punya hak dan kewajiban yang ngga jauh beda sama laki-laki sebagai warga Negara. Beda memang perempuan dan laki-laki, tapi, meresapi sejarah Hari Ibu, gw yakin perempuan dan laki-laki bisa bersinergi membangun kualitas bangsa ke arah yang lebih baik.



Sinergi? Penjelasan tersimpel gw adalah: 1 ditambah 1 hasilnya 2; sedangkan 1 disinergikan dengan 1 hasilnya bisa 11, bisa 2 bisa 50 bahkan bisa 1000.


Maka, di Hari Ibu kemarin, ada doa dan rindu terbaik dan terspesial untuk wanita terbaik yang gw panggil Ibu. 24 jam yang sama yang dimilikinya, bisa terisi dengan kesibukan yang selalu berhasil membuat gw tercengang. Masak, ngajar, ngajar les, nyapu, nyuci, ngurus kurikulum, ngepel, belanja, nyetrika; masih ditambah repot dengan neleponin kedua anaknya yang sama-sama kos. Tanpa keluhan. Tanpa ada keinginan punya pembantu karena khawatir ladang amalnya diambil orang. 



Ngga pernah cukup kata untuk nulis betapa gw berterimakasih dan betapa berjasanya Ibu. Maka terimakasih terbaik selalu ada dalam doa, wanita yang selalu gw sebut namanya. 


Ibu berperan, sangat berperan meningkatkan kualitas bangsa ini. Ibu terhebat, favoritku selamanya! 


Cc: si Capungsuper Hakim, ayo kita jadi anak baik; jangan pernah kecewain Ibu, karena tawanya adalah surga kita disini.

Near Death Experience

Tuesday, December 18, 2012
Near death experience. Apa yang terbayang kalo denger frasa itu? film action yang banyak adegan menegangkan dan hampir mati tapi kemudian selamat? Bukan, yang lain? Apa?

Gw baru saja mengalami sendiri, near death experience. Dalam mimpi. Tapi nyata. Gw nulis setengah jam setelah gw bangun, sebelum gw melupakan detail yang gw alami baru saja. Gw hampir mati, dan nyata sekali rasanya.

Settingnya adalah perang, iya perang sungguhan. Di daerah Lembang perangnya. Entah perang apa dengan apa, tapi jelas ada dua kubu disitu. Dan gw adalah salah satu dari sekian orang yang ikut perang, dengan dua senapan. Berkali-kali gw berhati-hati, berkali-kali hampir tertembak, berkali-kali menembak dan beberapa meleset. Disitu, gw bukan wanita yang bertugas untuk medis melainkan membawa senjata lengkap. Sampai akhirnya, peluru pertama melesat lurus ke arah gw. Tapi gw selamat, tak lepas dari bantuan seorang rekan yang gw kenal di dunia nyata dan tak akan gw sebut namanya.hihi. Dia yang berkali-kali memberi peringatan dan bantuan sehingga gw berkesempatan lolos berkali-kali. Maka mari kita sebut rekan gw ini, A.

Sampai akhirnya, seseorang yang gw kira kawan ternyata adalah lawan. Satu tembakan, lurus, perut. Dan gw jatuh. Setengah sadar. Gw mulai mual. Mata antara bisa dibuka dan tidak. Mulut ngga bisa berucap satu kata pun. Yang terjadi selanjutnya adalah ledakan besar dari tabung gas bapak-bapak yang lagi goreng lauk. Entah untuk makanan perang entah apa. Oke gw tau ini mulai abstrak, namanya juga mimpi, gw ngga bisa mengendalikan apapun. Tabung gasnya meledak. Ledakannya besar dan seketika perang berhenti. Bukan karena kehabisan peluru, tapi karena semua terkena ledakan.
Maka A datang menghampiri gw yang udah setengah tak bernyawa, “Tampaknya perang akan segera selesai. Ada ledakan besar, mungkin kita juga akan kena. Takbir!” dan dalam satu detik, efek ledakan benar gw rasakan. Panas api, dengan tekanan tinggi yang membuat gw terlempar seperti melayang. Warnanya biru. Iya, warna ledakannya biru.
Kondisi terlempar dari tekanan ledakan, dibalut api panas, dengan perut berpeluru. My near death experience. Mulut tak lagi bisa membuka, dan dalam hati gw bertakbir berkali-kali takbir, sebanyak-banyaknya takbir yang bisa gw ucapkan. Dalam beberapa detik, scene 21 tahun kehidupan gw terputar dalam percepatan entah berapa kalinya. Banyak dosa-dosa yang ditampakkan, kesalahan-kesalahan kecil, hutang yang belum terlunasi, sampai kesalahan terbesar yang bisa gw inget. Semuanya terputar jelas sekali. Beberapa detik berikutnya berisi bayangan sempitnya kubur dan siksa yang akan gw dapat dari kesalahan-kesalahan gw. Kemudian berganti dengan sedikit bayangan menyejukkan bahwa gw sudah berusaha berubah, bahwa gw sudah berusaha memperbaiki diri. Bayangan menyejukkan itu bertahan tak lebih dari dua detik, berganti lagi dengan bayangan ngeri, bagaimana seandainya usaha-usaha perbaikan gw belum sebanding dengan tumpukan dosa-dosa gw selama ini? Ngeri. Badan gw masih terasa melayang-layang. Masih dengan takbir diselingi istighfar sebanyak yang gw inget. 

Lalu dalam hati, dengan sisa-sisa pikiran yang masih sadar gw berkata pada diri sendiri “Ngga peduli sesusah apa, gw harus hidup. Gw harus tetep hidup. Gw ngga boleh mati sekarang. Tahan sedikit lagi Rahma, sesakit apapun itu.” Keyakinan untuk harus tetap hidup dihujani pesimisme bahwa mungkin hidup gw memang akan berakhir disini. Takbir lagi, istighfar lagi. Seketika gelap, pekat. 

Entah berapa lama sejak terakhir kali gw bertakbir dalam hati, ternyata gw hidup. Jangan bayangkan berbentuk apa gw waktu itu. Gosong seluruh badan, masih dengan perut berisi peluru dengan darah yang tak lagi mengalir. Kulit mengelupas disana-sini. Sesakit itu rasanya. Panas. Tapi gw hidup, hey gw masih hidup. Beberapa teman seperjuangan selamat, beberapa yang lain menghabiskan nafasnya dalam api ledakan gas tadi. Kisah sesudahnya adalah bahwa gw dan teman-teman ditampung di rumah pak RT untuk diobati, makan dan sebagainya. Perang berakhir. kami semua pulang naik mobil, beberapa naik motor. Hahaha, abaikan bagian abstrak ini.

Semenakutkan itu menghadapi detik-detik yang memiliki kemungkinan mati lebih besar daripada hidup. Scene 21 tahun terputar sedemikian cepatnya dan membawa banyak penyesalan, dan bayangan seandainya seandainya seandainya. Seandainya gw ngga begini, seandainya gw dulu ngga begitu. Semenakutkan itu terbayang bahwa nanti gw akan menghabiskan waktu sendirian, entah dalam terang atau gelap di dalam petak tanah. Semenakutkan itu terbayang bahwa mungkin usaha-usaha perbaikan yang gw lakukan bisa saja tak sebanding dengan kesalahan-kesalahan yang lewat. Semenakutkan itu. Semenakutkan itu tak bisa berbuat apa-apa. 

Near death experience gw ini hanya mimpi. Terbayangkah yang mengalami langsung? Perang Israel-Palestine, penembakan massal di SD di Connecticut misalnya. Bagaimana jika mereka adalah kita?

People Change, Don't They?

Thursday, December 13, 2012
This dream was too good to be true.
Time flies and life goes on and on and on and on. Whether you realize or not, I am change to be what I am today. So do other people, don't they? Seems like time change everything.

So does dream. It was too good to be true that I even don't have any courage to write it down, to dream it. Back then, time flies and now I feel like it's not that impossible.

So now the quote is change as well.
This dream was too good to be true, but I don't care, I will fight for it to be true.
I believe each and every of us has things to regret, things that we wish we'd never done, and things that we wish we could do much earlier. So what? Can do nothing to things that have happened, can't we? But we have now and tomorrow. I do believe, people change, me as well. 

And anyway, we often find we still have more time. But who knows? Tomorrow might not be. Time flies, so make a change! Be the best you can be! 

Nothing happens such a coincidence, that's something I always say to myself.

Are you curious what the dream I thought too good to be true? ah. I feel like want to share it in here but I really can't haha. I'll tell you when it comes true :) 

Rahma's room, in a sweet mood after eat favorite foods, with Billy Joel's Just The Way You Are as my most favorite lullaby <3

Me, My Kiddos, and My Parents

Wednesday, December 05, 2012
Postingan ini adalah tulisan dari berbulan-bulan yang lalu yang mengendap cantik di draft. And now, I feel like posting this draft after adding some closing sentences.
Ketika kamu melihat anak-anak yang menggemaskan di iklan dan merasa hidupmu hampa karena tidak memiliki mereka.
Itu adalah tanda bahwa kamu ingin punya anak.
Bukan tanda bahwa kamu siap untuk punya anak.
Kutipan tadi gw ambil dari blognya Mba Meira. Ya, tanda bahwa kita ingin punya anak, bukan berarti siap punya anak. Okee, gw masih 20 tahun, masih mahasiswa, belum menikah dan belum siap punya anak. Tapi gw ingin punya anak, pasti, sebagaimana kodrat wanita untuk menjadi Ibu, karena itu letak kesempurnaan wanita.

Bukan anak gw nanti yang mau gw omongin disini,  tapi anak Bapak Ibu gw, tak lain adalah gw sendiri.

Pernah marah sama orang tua karena keinginan lo ga dipenuhi?
Pernah ngambek gara-gara masakan nyokap lo ga cocok sama selera lo saat itu?
Pernah ngebentak orang tua lo?
Pernah ngediemin orang tua lo gara-gara lagi-lagi keinginan lo ga dipenuhi?
Pernah sok-sokan ngunci diri di kamar?

Iya? atau engga? atau iya semua? atau full engga?

Gw? aaahh jangan harap ada adegan mengunci diri di kamar. Atau nolak masakan Ibu lalu Ibu datang menawarkan masakan lainnya. Atau ngomong pake nada tinggi tanpa penyesalan sendiri abis itu. Atau ngediemin orang tua atau adek karena gw ngambek. Ga ada. *baca dulu ya, hahaha, bukan berarti gw anak super baik yang ga pernah ngambek, tapi pola didik orang tua gw yang super melatih gw untuk tidak seperti itu*

Gw dididik untuk jadi anak yang ga manja. Oke, gw ga bilang tindakan mengunci diri itu manja yaa :) tapi begitulah. Di rumah ga ada pembantu dengan alasan Ibu gw ga mau ladang pahalanya diambil orang. Sejak SD gw udah diajarin ngerjain kerjaan rumah, nyapu, cuci piring, cuci baju, ngepel, cuci motor, masak, semuanya.
Tujuannya ga lain dan ga bukan adalah untuk membentuk anak perempuannya yang sadar kerjaan rumah dan peka, ya peka, kalo ada yang lagi kerja dan gw diem nganggur, gw akan merasa bersalah. Misalnya kalo Bapak lagi cuci mobil dan Ibu lagi nyapu, dan gw diem, gw ngerasa bersalah sendiri. Membiarkan orangtau gw bekerja dan gw diem, ini ga bener, ini salah, dan gw dilatih untuk punya kesadaran dan kepekaan macam itu.

Sebenernya juga karena alasan klasik Ibu: nanti kalo kamu di rumah mertua, masa iya mau duduk-duduk aja kaya tamu? makanya harus sadar kerjaan :)

Kembali ke mengunci kamar dan masalah pundung-pundungan sama orang tua. Di rumah, ga ada pundung-pundungan atau ngambek-ngambekan lebih dari satu hari. Thanks Allah, Ibu dan Bapak menerapkan pola seperti itu. Jadi kalo gw ngambek malem karena abis dimarahin misalnya, paginya semua akan berjalan seperti biasa. Seolah ga ada apa-apa. Ibu akan kembali ngebangunin gw dengan teriak dari dapur, dan langsung nyuruh gw shalat lalu bantuin masak. Percakapan berjalan seperti biasanya.

Duluuu banget, pas gw SD, gw inget, gw ga mau makan. Alasan klasik: ga suka masakannya. Apa yang Ibu gw lakukan? menurut lo apa? Ibu gw datang menawarkan untuk masak makanan lain yang gw pengen? NOPE. Dengan sangat sederhananya Ibu gw bilang "Ibu hari ini masak sayur oblok-oblok suring, kalo ga mau yaudah masak sendiri aja ya, sayuran mentah ada di kulkas, atau telur juga ada di kulkas. Enak lhoo padahal sayurnya, nih Ibu aja makan sayur doang, sekalian ngurangi asupan lemak hahaha." Ya, Ibu ga menawarkan masakan lain untuk beliau masak. Mie? Di rumah gw, ngga ada stok mie instan sama sekali kecuali pas ada acara tertentu.

Duluuu banget, pas SD gw pernah sok-sok marah sama orang tua gw. Gw lupa alasan persisnya. Lalu, karena kebanyakan nonton Noktah Merah Perkawinan sama Tersanjung, gw mengunci diri di kamar. Tiduraan, golat-golet ga jelas, baca-baca buku PPKn, mewarnai, gitu doang. Gw berharap Ibu akan ngetok pintu kaya di sinetron-sinetron, trus mengelus rambut gw trus minta maaf trus ngajak gw keluar dan menghibur gw lalu menawarkan gw makanan. Tapi, apa yang terjadi waktu itu? Sampe sore gw ga denger ketokan pintu kecuali untuk nyuruh shalat Maghrib dan ngajak makan, itu pun dengan singkat.

Kenapa orang tua gw menerapkan pola didikan kaya gitu?
Jawabannya adalah supaya gw berpikir.
Dengan nolak makanan yang udah dimasak Ibu, gw diajari untuk paham konsekuensinya. Dengan didiamkan pas mengunci diri di kamar, gw diajari untuk berpikir.


Teteh, aku jual sendok..

Monday, December 03, 2012
Pembicaraan ini terjadi tadi siang, sebelum dhuhur.

R adalah Rahma, gw sendiri, yang lagi ngeliatin codingan dengan tatapan hampa karena errornya ngga gw paham entah kenapa.
A adalah seorang bocah SD kelas 4 yang mendadak nyamperin gw dengan ragu-ragu.

A: teteh, lagi apa? ngerjain tugas ya?
R: iya deee, lagi bikin tugas nih. kenapaaa?
A: ngg....tugasnya susah ya teh?
R: iya nih de, susah, teteh ngga paham :(
A: oooh. teteh teteh...ngg.................
R: ya? kenapa de?
A: teteh mau beli sendok ngga?
R: sendok? sendok apa?
A: ini teh, sendok. *ngeluarin bungkusan kresek dari kantong celananya*
R: *tertegun* ini dijual?
A: iya teh, teteh mau beli? uangnya mau buat beli beras teh.
R: beli beras?
A: iya.. di rumah berasnya abis teh. mama ngga punya uang buat beli beras.
R: ............................................................ *masih tertegun*
R: trus kalo ngga punya beras kamu makan apa?
A: ya ngga makan teh, ngga laper ko. kalo ada beras ya makan hehe.
R: makannya pake apa?
A: ngga pake apa-apa teh.
R: ngga pake apa-apa?
A: iya, nasi aja, enak ko teh nasi doang. atau pake sambel, kadang-kadang pake tahu. teteh punya beras? kalo makan pake apa teh?
R: teteh beli de, ngga masak sendiri, ngga ada dapur. kalo makan yaaa....pake sayur. eh teteh juga suka tahu loh, tapi lebih enak tempe hehe.
A: ah lebih enak tahu tau teeeeh.hehehe
R: mama kerja apa de?
A: mama suka bantu nyuci tetangga teh, suka dikasih sepuluh ribu atau dikasih beras abis nyuciin.
R: bapak?
A: bapak kerjanya kalo ada tetangga yang minta tolong teh, benerin pralon, mesin, apa gitu.
R: ini ade kamu?
A: iya teh, ini ade aku. teteh berapa bersaudara?
R: teteh punya ade satu, cowok. kamu?
A: ah teteh mah dikit ya cuma berdua. saudaraku banyak teh.
R: berapa?
A: tigabelas hehe.
R: tigabelas??
A: iya, yang tiga dikasih ke orang. satu ke orang medan, satu ke blablabla (gw lupa), satunya ke blablabla). trus yang tiga meninggal. jadi tinggal tujuh hehe
R: wah banyak ya..kamu nomer berapa de?
A: aku nomer tiga teh. anak mama yang kembar ada empat pasang.
R: wah yang kembar ada empat??
A: iya hehehe. tapi ada yang udah meninggal juga teh.
R: ooohh.. eh de, kamu ini jual sendok, sendok di rumah banyak ya?
A: engga teh. tadinya aku suka jualan kerupuk, tapi ngga punya uang buat beli kerupuknya.
R: lho trus sendok di rumah gimana dong?
A: ya nggapapa teh hehe. daripada ngga makan hehe.
R: rumahmu dimana de?
A: sukabirus teh (daerah deket kampus). tapi di rumah nenek, aku ngga punya rumah. sama nenek suka dimarahin, ngga boleh tinggal disitu kali ya sebenernya.
R: looh trus kalo ngga boleh tinggal disitu kamu mau tinggal dimana dong?
A: nggatau teh, kolong jembatan mereun.
R: eeeh ngga boleh ngomong gitu ah *masih tertegun*
........................................
obrolan gw dan si ade bernama A pun berlanjut..
 
Gw bener-bener ngga nyangka ada orang yang hidupnya sesusah itu, saat ini, di deket gw. Gw yakin ngga cuma gw yang terenyuh kalo denger cerita langsung si ade tadi. Caranya ngomong dan matanya jujur, ngga ada ekspresi dibuat-buat atau bohong.

Sesusah itu hidup dia dan keluarganya. Gw bahkan dengan enaknya jajan-jajan. Uang sekali makan gw mungkin bisa buat beli beras keluarga si A untuk sekali makan sekeluarga, bersembilan; tujuh anak dan dua orangtua. 

Gw bahkan ngga pernah terbayang sekalipun untuk menjual sendok atau barang apa yang gw punya di rumah hanya untuk mengisi perut. Gw, sampai umur duapuluhsatu ini, masih dengan enaknya meminta pada orangtua. Makan kenyang dan masih punya sisa uang untuk jajan.

Hari ini Allah membuka mata gw bahwa di sekeliling gw masih ada orang yang hidup sesusah itu. Hari ini Allah menyadarkan gw bahwa terlalu banyak hal yang harus lebih gw syukuri dan salah satu caranya adalah dengan membantu mereka. Hari ini gw tertampar melihat anak kelas 4 SD dipaksa kondisi untuk hidup sekeras itu, sedangkan gw masih merasa susah karena hal-hal sepele.

Mari lebih peka! Kita (harus) ada untuk mereka :)

p.s. trust me, when you have your own convo with that child, you will feel the very same feeling with mine. I'm not that good at retelling story somehow.