Angsa Jenius

"Jika tidak sibuk dengan kebaikan, berarti kita tengah sibuk dalam keburukan, atau minimal kesia-siaan."

Basic Sorting: Bawang

Wednesday, November 29, 2017
Anak mana yang ngga suka buka kulkas? Oh yes they love it to the level that everything inside has been touched hundreds times. Lebay? Iya sedikit 😛 tapi begitulah adanya, setiap benda di dalam kulkas dipegang beeeeeerrrrkali-kali “ni, ni, nii, ni, ho nii, niiiiii”

Karena banyak ranjau seperti kuah gule dan cabe giling, gw harus ekstra gercep narik tangan Afiqa sebelum keduluan dia colek sehingga tumpah kemana-mana. Lalu jarinya narik sebuah kotak transparan, dimintanya gw membuka, lalu dia keluarkan isinya satu-satu.

Daun bawaaang nak
Laos, laaa ooosss
Cabe, lom boook huh haah huh hahh
Baaawang merah

Selesai dikeluarkan, dimasukkanlah lagi semuanya ke kotak. Akhirnya gw kepikiran buat minta Afiqa ngeluarin bawang aja. Satu bawang, dua bawang, tiga....laos 😂 lah!

Tapi yang penting bocah 16 bulan ini tahu mana bawang dan bisa ngambil bawang dengan bener ga cuma sekali. Mungkin fokusnya aja yang kurang, atau sengaja buat bikin ibuknya ketawa makanya diselingi laos 😋

Berjalan dan Berhenti

Tuesday, November 28, 2017
Apa yang terjadi seandainya kita ngga paham konsep berjalan, bergerak, berpindah tempat? Mungkin akan kacau dunia karena tingginya angka kecelakaan, termasuk tabrakan ketika berjalan kaki. Gw masih inget jelas ketika awal SD, naik motor ditutup jas hujan. Pandangan gw hanya ke bawah, hanya rumput yang tampak sementara motor melesat. Saat itu, gw inget jelas banget, gw berpikir rumputnya bergerak ke arah belakang, padahal sebenernya gw yang bergerak.

Maka jelas penting banget buat anak memahami konsep berjalan, bergerak, berpindah tempat. Semuanya akan jadi bekal memahami kecepatan, termasuk aplikasinya ketika harus menaiki kendaraan sendiri kelak. 


Hari ini Afiqa main sepeda di garasi luar. Kakinya memang belum cukup panjang buat menjejak pedal, tapi keseimbangannya bisa didapat cuma lewat kendali tangan. Karena garasi yang agak miring, gw hanya perlu mendorong sedikit dan sepeda yang Afiqa naiki akan meluncur perlahan menuju pagar. Beberapa kali berhenti karena stang miring, dan beberapa kali juga Afiqa goyang-goyangin badannya supaya sepeda maju.

Hari ini Afiqa belajar lagi soal berjalan dan berhenti, dengan dia dan sepeda sebagai objeknya. Berjalan dan berhenti ini bisa gw kategorikan ke dalam matematika soalnya pemahaman akan hal ini dibutuhkan buat paham tentang kecepatan, termasuk hitung-hitungannya. 

Sederhana ya? 

Why Kids Need Puzzle

Monday, November 27, 2017
Siapa yang suka main puzzle? Oh I do! Floor puzzle yang ratusan pieces sungguh menantang, seperti halnya main sudoku atau isi TTS. Buat anak usia dini, main puzzle juga bisa bikin mereka anteng plus dapet banyak manfaat. Apa aja?

Niihhh ya manfaat main puzzle buat anak usia dini:
  • Melatih koordinasi mata dan tangan saat harus naroh potongan puzzlenya
  • Melatih kognitif karena kudu mencocokkan dan mengingat potongan ini di mana yaaa~
  • Melatih kesabaran karena pasti, pasti, pasti ada banyak kesalahan awalnya
  • Mengasah motorik halus si anak
Nah Afiqa hari ini main sound puzzle vehicles-nya Melissa & Doug, yang bisa bunyi kalo kita bener naroh puzzlenya. Seru ya? Afiqa jadi tahu suara ambulans, pemadam kebakaran, kapal api dan kendaraan lainnya. Anaknya belom bisa selalu pas sih naroh puzzlenya, but she tried it. Dan mainan ini belom terlalu bikin Afiqa anteng, it’s okay gw jadi tahu bahwa sekarang emang belom fase kritisnya bermain puzzle.


Dan tentu saja ada sisi matematis dari main puzzle yaituuuu.... anak mencocokkan gambar pada potongan puzzle dengan gambar pada boad. Ini termasuk kemampuan dasar untuk nanti memilah berdasarkan karakteristik alias sorting. Karena buat sorting, kita harus tahu dulu mana yang karakteristiknya sama dan masuk dalam satu grup.

Bermainlah anak ibuk, bagi seorang muslim, hikmah adalah harta yang terserak. Maka ambillah dimanapun kau menemukannya 🙂


Kondangan Butuh Matematika

Sunday, November 26, 2017
Apa yang kebayang dari kondangan? Ketemu temen si manten yang jadi raja ratu sehari, ketemu temen-temen lama, makan enak, foto cakep yang instagramable.

Tapi apa jadinya kalo kondangan bawa toddler 16 bulan? Pas mau makan, yang satu ngider ambil, yang satu duduk mangku bocah sambil disuapin. Pas lagi disuapin eh sendoknya kesenggol, saosnya tumpah lah di kerudung. Sambil nunggu antara jeda akad dan resepsi, lari kejar-kejaran sama bocah yang aktifnya luar biasa. Dan tentu saja hiasan kerudung yang ditarik-tarik baeee. Seru? Seruuuu!

Nah hari ini kami kondangan ke tempat temen kontrakan abang pas kuliah dulu. Dateng sejak akad bikin kami punya banyak jeda selagi tempat belum rame.



Afiqa tentu saja ngga mau anteng. Berkali-kali dia lelarian muterin tiang bunga sambil cilukba. Berkali-kali dia minta naik turun tangga. Berkali-kali dia minta lihat bunga dan angsa. Apalagi si anak extrovert ini ketemu abang Kredo & Fendou, anaknya Tito & Siti, makin semangat lah dia mainnya. 

Lama-lama, capek kapten, istirahat dulu kita 😌

Menjelang tengah malam gini, gw pikir-pikir lagi, ternyata kondangan juga butuh matematika. Kok bisa?

Untuk Afiqa lari muterin tiang bunga sambil cilukba, Afiqa belajar arah. Jalan ke suatu arah tapi bertahan nempel ke tiang, duh ini apa sih bahasa gw udah error jelang jam 24 😂

Untuk ngelilingin tiang, Afiqa harus bertahan jalan di track berbentuk lingkaran, dan ini matematika 😗 
Untuk naik turun tangga, Afiqa mendengar kata naik dan turun, dan ini penting buat matematika di real life kelak 😗
Ketika Afiqa pegang makanannya sendiri, dia selalu pengin minta sekaligus banyak dan kami akan berkali-kali bilang “satu satu nak, habiskan dulu baru ibuk kasih lagi”. Mendengar kata satu dan memahami konteksnya satu makanan dihabiskan dulu baru dikasih lagi satu, adalah matematika 😗

See? Belajar matematika ngga selalu harus disengaja 🙂

Belajar Maju dan Stop dari Mobil Elektrik

Saturday, November 25, 2017
Weekend kemana kitaaa? Emooollll! 😂



Setelah mudik tiga minggu, menghayati kehidupan di Purworejo yang jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan, minggu lalu gw dan Afiqa kembali ke Bogor. Kembali ke rutinitas bermain kami. Kembali gw harus rajin nyiapin bahan mainan buat home edu Afiqa. Dan sebagai manusia biasa, gw juga kangen sama rutinitas “pengin-jalan-tapi-gatau-kemana-yaudah-makan-enak-aja”, yak dimana lagi kalo bukaaaann....... emol 😂😂




Hari ini keluarga bapak Ghazali malem mingguan di Lippo Ekalokasari, yang lebih sepi dibanding Botani Square ah you olang semua paham kan betapa padetnya Boqer tiap wiken 😷  Dan untuk pertama kalinya Afiqa naik mobil elektrik kaya gini. Tadi yang dinaikin muter sih Lillo, tapi pas udah kelar naik Lillo anaknya minta duduk di mobil-mobilan ini.

Dari naik Lillo didampingi yayah, apa coba yang bisa kita ajarin ke anak? Buanyak! Tapi yang paling jelas adalah konsep jalan dan berhenti.

Tadi ayahnya Afiqa yang pegang kendali setir Lillo, jadi naiknya bisa berhenti kapan aja dan jalan kapan yang dimau. Ketika gw minta berhenti karena mau difoto gw bilang “Yak stop stopppp!” Dan ketika udah selesai foto, gw bilang “Oke jalaan!”

Respon Afiqa? Doi ketawa-tawa sambil lompat-lompat excited karena lihat ada kereta jalan di depannya. Memang gw belom bisa clarify bahwa anak ini nangkep apa yang gw omongin soal jalan dan berhenti, tapi gw yakin dengan beberapa repetisi, anak ini akan sangat paham konsep jalan dan berhenti. Buktinya, kalo Afiqa jalan atau lari-larian trus gw bilang “Afiqa stop 🛑!” kadang Afiqa bakal berhenti, ya kadang tetep aja lanjoooottt jalan atau larinya 😂 Dan ketika dia berdiri lalu gw kasih instruksi untuk jalan, dia bakal jalan.

Artinyaaa pemirsa, anak 16 bulan ini udah paham konsep dirinya sendiri jalan dan berhenti, tapi entah konsep benda lain jalan dan berhenti udah dia pahami atau belum. It’s okay ya sayang, learning takes time. And that’s not so important how long as long as you enjoy the process ❤️

Anyway konsep jalan dan stop ini deket banget sama matematika. Kalau kita paham konsep jalan dan berhenti, logika kita bakal lancar kaya jalan tol weekday tengah malam ketika dapet instruksi penunjuk arah, atau menjadikannya biner 1 0 yang puenting banget buat anak informatika, atau buat tahu pola pake deret bilangan misalnya maju delapan tambah satu maju delapan tambah satu (?). 

Mengikat makna, mengikat ilmu. Selalu ada pelajaran dari tiap kejadian, dan selalu ada sisi matematis dari rentetan kegiatan. Jadi, udah belajar apa hari ini?

Belajar Logika dari DIY Magnetic Fishing

Friday, November 24, 2017
Haiii jumpa lagi dengan ibuk Afiqa di siniii 😆😆

Hari kedua buat nemuin ada matematika apa yang bisa diajarin ke Afiqa dari kegiatan hari ini, daaan it was sho much fun! Afiqa lagi ceriaaaaaa banget. Bangun pagi ngga nangis, main ceria dan enerjik, maem lahap tanpa drama, dibacain buku antusias banget, bobo lama sehingga gw bisa baca puluhan halaman buku, ampe tidur lagi juga moodnya bahagia di atas awan. Buat ibu-ibu, mendapati anaknya cerah ceria tanpa mendung seharian itu sungguh surgaaaa ❤️

Agenda home edu Afiqa hari ini adalah mancing maniaa mantap! 😂 Pas banget deh sama challenge bunsay buat nemuin matematika di sekitar kita, jadi bisa beririsan pelajarannya. Hari ini gw ngajak Afiqa DIY main magnetic fishing toy yang gw bikin tadi malem, ada enam ikan dengan tiga macem warna. Gw juga bikin DIY sorting paper biru dan merah. Tapi kegiatan memilah atau basic sorting ini belom bisa Afiqa ikutin, jadi gw coba lagi matematika lain yang lebih gampang (menurut gw).



Btw postingan igstory DIY magnetic fishing toy ini banyak diketawain temen-temen 😂 Yes I know they’re ugly hahaha. Tapiii gw baca somewhere, lupa deh dimana, anak itu ngga butuh bagus-bagus amat loh. Karena imajinasi mereka masih sangaaaatt bebas. Bikinin aja mainan DIY yang lagi dia suka, mau jelek kaya apa juga, anak bakal seneng banget. 

See? We learn from our children to value something not by their looks, but their intention.

DIY magnetic fishing ini gw bikin karena Afiqa sukaaa banget sama ikan, jadi gw mikir wah kayanya lagi fase kritis belajar soal ikan nih. Nah selain ngomong berulang-ulang bahwa ikan itu hidup di air, ikan itu ciptaan Allah, dari mainan ini kita bisa ngajarin anak tentang:
  • Sebab akibat. Ketika ujung tali pancing dideketin ke ikan, ikannya nempel. Sebab akibat ini penting banget dipahami anak, ngga cuma buat matematika tapi juga buat logisnya sehari-hari. Anak harus paham jika A diginiin maka jadi A1, jika digituin maka jadi A2. Jika ujung pancing deket ke ikan, ikan nempel. Jika jauh, ikan ngga nempel.
  • Sorting. Oh ini ikan warna merah, ini biru, ini hijau. Sorting atau memilah berdasarkan karakteristik ini belom bisa Afiqa ikutin sih, but that’s totally okay. My daughter is 16m anyway ❤️
  • Berhitung. Ini sih gw aja yang ngulang-ngulang “Ikannya ada berapa naak? Yuk hitung sambil kita ambil dari pancing. Satuu duaaa tigaa. Ooh tiga yaa wahh.” Afiqanya cuek-cuek aja sambil mainin ikan yang nempel ke pancing.
Yuk buk ibuk lebih peka sama aktivitas kita membersamai anak, karena dari sana bisa kita tumbuhkan kecintaannya pada ilmu matematika 🙂


Belajar Matematika dari Nguleg Bawang

Thursday, November 23, 2017
Matematika bukan sekedar hitungan, matematika tersebar di sekitar kita. Kalimat pembuka challenge bunda sayang IIP kali ini bikin gw sumringah. Buat sebagian besar orang, pengertian matematika hanya seputar tambah kurang kali bagi, yang efeknya anak-anak mereka yang masih bayi udah dijejali calistung.

Is that bad? I don’t know, haven’t did any research yet. Tapi menurut hemat gw, akibatnya adalah anak bisa berhitung tapi ngga suka berhitung. Dari materi kali ini, gw diingetin lagi bahwa matematika itu juga soal ngajarin konsep banyak-sedikit, tinggi-rendah, besar-kecil, bentuk benda-benda sebagai dasar geometri. Ah gw jadi inget kata MomC di bukunya Montessori di Rumah, bahwa anak harus paham dulu konsep kosong, sedikit, banyak, sebelum mereka belajar penjumlahan. Make sense, sehingga penjumlahan bukan lagi hal abstrak buat anak.

Hari pertama ini pas banget sebenernya sama agenda homeedu Afiqa, bikin sate dari kotak dan segitiga kecil pake sumpit. DIY mainan ini gw bikin sebelum materi bulan ini rilis. Tapiii... eng ing eng, anaknya belom tertarik 😂 malah sumpitnya buat stick xylophone. 

Nah yang gw suka banget dari materi bulan ini, Temukan Matematika di Sekitarmu, adalah kita literally disuruh nemuin sisi matematis dari kehidupan sehari-hari, bukannya mengada-ada bebikinan dulu. Dan tadi siang, anak gw.............


mau ikut masak, nguleg bawang buat bikin sop. And then I was like “aha!” 😂😂😂 ini nih matik nih!

Naak, Afiqa lagi nguleg bawang ya? Bawangnya ada berapa sayang? Sa? Saaa? 
anaknya asik nguleg, ga jawab emaknya
Saaa....tuuuuu (sambil nunjuk satu jari).

Trus ini namanya cooo-bek. Apa sayang? Cobek. Cooo?
ditengok doang 
bek. Cobek. Bentuknya lingkaran tuh nak sama ya ama piring, tu namanya lingkaran sayang.

Ya emang ngga dijawab sih pertanyaan gw, anaknya juga memang belum lancar bicara. Tapi gw yakin Afiqa nangkep 😎 soalnya anak ini terbukti paham omongan ibuknya walaupun kesannya dia ngga merhatiin. Hebat ya anak-anak bisa kaya gitu, kalo gw kuliah kesannya ga merhatiin sih ya emang ga nangkep 😢☹️

Jadi hari ini Afiqa udah menyapa lingkaran dan angka satu lewat nguleg bawang. Kalo anak kalian, nemuin matematika apa dari aktivitas hari ini? 

#IIP
#KuliahBunsay
#ILoveMath
#MathAroundUs


Sabar Tak Semudah Itu, Nona

Tuesday, November 21, 2017
Enambelas bulan menjadi ibu, enambelas bulan itu juga hidup gw berubah. So it’s true, people saying that motherhood changes your life, it’s true.


This cheerful little fella is the one who change my life. Dan satu hal yang paling paling paling gw sadari berubah dalam diri gw adalah kadar sabar. Iya sabar. Bersama gadis kecil ini, gw menjelma menjadi Rahma-versi-tersabar. If you know me for years, you will easily notice that I’m not that patient, that’s obvious. Maka, gw harus menggolongkannya sebagai prestasi.

Sungguh nona, bersabar tidak semudah yang kau baca dalam goresan tinta.
Bersabar ketika ia makan sambil berlarian.
Bersabar ketika ia merengek seharian karena sakit.
Bersabar ketika hasil eksperimen dapur berjam-jam dilepeh sempurna.
Bersabar ketika puting lecet lantaran digigit saat menyusui.
Bersabar ketika kerapian rumah tak bisa bertahan lama.
Bersabar ketika makanannya tumpah di bagian depan kerudung kita.
Bersabar ketika ia tantrum karena keinginannya tak kita penuhi.
Bersabar ketika ia memaksa minta nonton tv.
Bersabar ketika handphone ia lempar keras ke lantai.
Bersabar ketika DIY mainan untuknya rusak dalam hitungan menit.

Oh sungguh nona, bersabar tidak semudah itu.

Berkali-kali gw harus mengambil nafas panjang, geregetan sendiri, dan akhirnya tertawa sendiri agar ngga jadi merepet panjang yang orang sebut sebagai ngomel. Setelah jadi ibu, barulah gw sadari kenapa banyak ibu-ibu suka ngomel dibanding bapak-bapak. Dan sekali lagi nona, menahan untuk tidak ngomel tak semudah itu.

Tapi hidup adalah sekumpulan proses bukan?
Dalam berkali-kali ambil nafas panjang, geregetan sendiri dan tertawa sendiri itu, pelan-pelan gw belajar meningkatkan kadar toleransi gw. Bahwa ngga semua hal bisa kita kendalikan. Prioritas menyelesaikan pekerjaan bisa kita atur, tapi kapan anak eek ngga bisa kita jadwalkan. Iya kan?

Gw meningkatkan batas toleransi diri gw bahwa kerapian, hasrat dan target gw, semuanya harus disesuaikan dengan anak kecil ini, kesayangan Allah yang Ia titipkan ke gw dan suami. Kami yang memohon supaya dititipi anak kecil ini, lalu Allah kabulkan, trus gw masih mau ngga sabar gitu? 

Bahwa ia adalah prioritas. Menjaganya adalah prioritas. Mendidiknya sesuai fitrah adalah prioritas. Menjadikannya solehah adalah prioritas. Maka udah seharusnya gw sabar ketika hal lain, prioritas kedua dan seterusnya, harus mengalah sementara waktu. Maka Ya Allah, mohon mampukan kami, mohon selalu sabarkan kami.

Ditulis sebagai challenge Rumbel Menulis IIP Bogor November 2017.

Ngga Apa-Apa, Aku Tetep Cinta

Friday, November 03, 2017
Terisak seorang istri usai shalat Maghribnya. Jarak tak pernah gagal menjadikan perasaannya terhadap suaminya semakin syahdu. Ia ingat betul rupa fisiknya yang berubah setelah kelahiran anak pertama mereka, dan bintik jerawat yang datang dan pergi seperti hujan kota Bogor di bulan ini.

“Bang, aku jerawatan, emmmm...”, yang dibalas dengan jawaban yang tak pernah berubah,
“Emang aku pernah komplain?” atau “Nggapapa, aku tetep cinta.”

Atau ketika gurat putih sisa kehamilan makin jelas wujudnya, dan ia mulai merasa tidak nyaman dengan perubahan tubuhnya, laki-laki itu selalu menjawab “Ngga apa-apa, aku tetep cinta.”

Makin terisak sang istri mengingat betapa suaminya selalu berusaha memudahkan urusannya, memudahkan hidupnya. Sepertinya kesusahan apapun akan segera menemukan jalan keluar hanya dengan satu password, bang. Kalaupun ada masalah yang belum mendapat solusi, setidaknya hatinya tak lagi gulana karena ia tahu, suaminya akan mengusahakan dan berjuang bersamanya.

Oh, betapa ia ingin rumah tangganya abadi sampai surga. Pedih ia membayangkan adanya perpisahan, tapi memang hidup hanya sementara. Maka apalagi yang bisa ia minta, sebagai wujud cintanya, jika bukan memohon pada Penguasa Semesta untuk mengijinkan mereka bersama sampai surga?



What did I do to deserve you? Masyaa Allah, alhamduliLlah Allahuakbar.

Foto diambil saat hamil 9 bulan, sekitar dua minggu sebelum lahiran. Untuk pertama kalinya setelah ratusan rayuan, sang suami mau diajak berfoto di kotak bernama photobox.