Angsa Jenius

"Jika tidak sibuk dengan kebaikan, berarti kita tengah sibuk dalam keburukan, atau minimal kesia-siaan."

Anti Ditolak, Seninya Menyuruh Anak: be Playful

Friday, March 29, 2019

Pernah nggak sih, nyuruh anak melakukan sesuatu trus anaknya malah melakukan kebalikannya? Exactly the opposites! Kaya bilang nak sampahnya dibuang ke bak sampah ya, trus sampahnya dilempar tepat di hadapan kita. Atau nyuruh pakai sepatu, tapi anaknya malah lari sambil nyeker. Atau nyuruh ak buat suap makanan tapi anaknya malah tutup mulut lalu ngeloyor pergi.

Kukira kaya gitu cuma ada di cerita, ternyata sekarang aku mengalaminya. Kepedean banget ya kalo berekspektasi everything will go smoothly. Masalahnya memang kita tuh siap sukses tapi nggak siap gagal. Ekspektasi kita cuma yang indah-indah aja, yang jelek-jeleknya blas nggak dipikirin atau diantisipasi.


Nah sekarang aku lagi baca buku yang bagus bangeeettt astagah sebagus itu! Tapi mungkin kalian ada yang ngga sempet baca karena bukunya bahasa Inggris dan 409 halaman gengs, size bukunya A5 ya bukan pocket book kaya Happiness Project gitu. Judulnya How to Talk so Little Kids Will Listen. Pas baca foreword-nya aja aku udah merasa "wow wow wow aku butuh nih, wow aku begini nih" Jadiii, tenang, aku akan bikinin resume (cailah) dan testimoni setelah aku praktekin. Anyway resume chapter satu udah ada ya di highlight instagram aku @rahmadjati yang judulnya How to Talk. 

Kalau chapter satu isinya tentang handle emosi anak, di chapter dua ini yang dibahas adalah gimana nyuruh anak melakukan sesuatu, atau kebalikannya, nyruh anak supaya ngga melakukan sesuatu alias melarang. 

Kalau dipikir-pikir, sehari-hari kita sebagai ibu isinya nyuruh sama melarang anak, ya nggak sih? hahaha. Kenapa kita menyuruh dan melarang? Karena kita bertanggung jawab atas mereka dan kita ingin yang terbaik buat mereka, kita ingin melindungi mereka dari bahaya dan memastikan mereka ngga kurang gizi, stunting, punya gigi bolong, dan lain-lain, bener nggak? 

Kita terus-terusan menyuruh dan melarang, sementara anak terus-terusan disuruh dan dilarang, DAN MEREKA HARUS NURUT. 

Masalahnya adalah, nggak ada orang yang suka disuruh-suruh. Kita aja sering kan mendadak ngga mood ngerjain sesuatu cuma gara-gara ada yang nyuruh? Padahal sebelumnya udah berapi-api. Atau ketika ada tulisan "Jangan Dipegang", pasti ada rasa penasaran aduh kaya apa ya kalau dipegang, atau di buku yang ditempel notes "Jangan Dibuka", wah makin penasaran tuh kita pengin buka dan ngecek ada rahasia apa di dalamnya. Ya kaaaan? Human nature, akui saja. Direct orders provoke direct oppositions.



Perintah kaya apa yang sehari-hari kita ucapkan ratusan kali? Ada banyak jenisnya nih, aku kasih contohnya ya supaya lebih jelas.

Commands
Ambil tasnya.
Jangan berisik ya.
Matikan TVnya nak.
Jangan pegang kompor, itu panas.

Blamming and accusing 
Kalau tadi kamu pelan-pelan ambil gelas kan ngga tumpah ini susunya.

Name calling
Sini bantu ibu beres-beres yuk. Kamu kan yang main, jadi harus bantu bereskan. Jangan malas.
Itu teman kamu mau loh meminjamkan mainan, kamu juga dong pinjemin. Tidak boleh egois.

Warnings
Hati-hati, nanti jatuh!
Nanti sakit loh kalau main hujan-hujanan.
Lihat gelasnya nak nanti pecah.

Sarcasms
Tasnya ketinggalan di lapangan? Baguus.

Rethorical questions
Kenapa kok adiknya dipukul?
Kok bolanya dilempar ke kompor sih, kan ibu baru saja bilang tidak boleh main bola dekat dapur.

Lectures
Tidak boleh merebut. Kamu juga nggak suka kan kalau mainannya direbut teman? Makanya tidak boleh merebut punya teman. Kalau mau pinjam, bilang minta ijin pinjam. Trus tunggu, ya?

Threats
Kalau mainannya tidak dirapikan, nanti ibu buang.
Mau pakai baju nggak? Kalau enggak, ibu mau makan nih, kamu pakai sendiri.

Wow. Rasa-rasanya semua yang kita bilang ke anak salah ya? Hahaha. Sama! Aduh mau tos tapi kok sedih. Jadi semua di atas itu nggak boleh? Ya boleh-boleh aja sih, yang nggak boleh itu kalau nggak shalat. Tapi, judul bukunya kan gimana caranya ngomong sama anak supaya anak mau dengar, jadi kalau ada cara yang lebih baik, tanpa marah-marah dan efektif buat bikin anak mau melakukan sesuatu, ya kenapa masih pakai cara lama. Ya nggak?

Mak, kok contohnya kasar banget sih. Aku kalo ngomong sama anak lembut kok. Coba-coba, lembut itu yang gimana sih? Pakai please gitu ya? Atau kalau bahasa Indonesia ya ditambahin tolong dan ya.
   Ambil tasnya.
   Tolong ambil tasnya ya.
Gitu kan? 

Kalau cara itu berhasil, pakailah. Tapi kalau anak berontak, melakukan kebalikannya, ada tips bagus yang bisa kita pakai nih. By the way aku baru baca sampai tips pertama, jadi aku cuma akan highlight tips pertama ya. Dan yang aku tulis ini juga udah aku praktekin, jadi aku bisa ngasih honest review whether it's a yes or a no go.

BE PLAYFUL

Anak mana yang nggak suka bermain? Anak mana yang nggak suka berimajinasi? Nah jadikan itu celah untuk memberi instruksi. Buat objek berbicara. Misalnya, kita mau menyuruh anak pakai sepatu. Bikinlah suara cempreng sepatu "Aaaa mana kaki Afiqaa, aku kedinginaan, aku mau dipakaiiii.", atau ketika kita menyuruh anak merapikan mainan, buat suara bernada rendah "Hoh hoh hoh aku adalah kotak mainan, kenapa aku kosong? Mana mainanku Afiqaaa.."

Atau buat perlombaan, misalnya "Afiqa, bobok siang yuk. Kita balapan ke kasur tapi lompat-lompat, oke?" atau "Itu ada sampah, aaah ibu duluan nih yang buang sampah nih." sambil lari ke arah sampah. Yang ini sudah aku praktekkan sejak Afiqa 1,5an tahun dan super ampuh memang. Cuma ya kadang aku nggak mood aja ngajak balapan, moodnya nyuruh-nyuruh. Fyuh.

Tapi, cara ini nggak bisa dipakai di semua kondisi. Karena ya kita ngga selalu mood untuk playful. Iya kan? 

Tadi sore, aku cobain cara objek berbicara pas nyuapin Afiqa. Jadi aku pegang sendok, dia pegang garpu buat ayam. "Aku nasiii, mana perut, aku mau ke perut, lewat mana nih? Ooo lewat mulut." dan wow Afiqa mangap lebar, ngunyah cepat. Makanan habis nggak sampai 15 menit, sisa dua suap padahal dia baru aja makan wingko dan popsicle kacang ijo. Dalam kondisi biasa, butuh 30 menit lah minimal, atau yaa habis setengah aja udah syukur kalau baru aja ngemil gitu. Itu pun disambi main atau dia lari-larian, aku harus teriak manggil-manggil supaya dia datang nyamperin sendok. Kali ini dia duduk, full di depan piring tanpa main apapun, apapun gengs, buku pun enggak. Wow. Dan aku nggak perlu nyuruh-nyuruh nih nih mangap aakkk. Wow.


Dan sadly, Afiqa udah nggak mau duduk di highchair hahahaha 😭😭 

Gimana, udah dicoba? Atau udah pernah makai trik playful ini? Cerita ya di kolom komentar 😉