Buku ini adalah salah satu bentuk ikhtiar PENYELAMATAN AKIDAH, kata pak Benny.
Setelah sambutan CEO, giliran kepala RnD yang jelasin alasan di balik terbitnya buku ini. Sejak pandemi sadar nggak sih kalo frekuensi anak terpapar gadget itu meningkat? Yang udah sekolah, sekolahnya online pake laptop atau hape. Yang orangtuanya kerja, kalo anak rewel ya dikasih hape biar nggak ganggu. Yang di rumah aja, karena bosen dan nggak bebas main di luar ya larinya kemana lagi kalo bukan hape?
Masalahnya, kadang nih ya belajarnya sejam ehh main hapenya tambah sejam juga. Ibunya ada meeting via Zoom dan nggak bisa disambi, meetingnya dua jam ya anaknya nonton youtube juga dua jam. Udah tahu nggak ideal, seharusnya nggak gitu, tahu kalo salah, tapi ya mau gimana lagi? Rasanya kaya kita nggak punya banyak pilihan. Dan sejalan dengan ini, penjualan smartphone naik pesat. Xiaomi aja pengirimannya 347 juta di empat bulan pertama tahun 2021. Artinya apa coba kalo bukan makin banyak yang beli hape? Dan bukan nggak mungkin banyak juga yang double bahkan triple gadgets di rumahnya.
Kalo udah begitu, ujung-ujungnya orang tua khawatir anaknya kebanyakan interaksi sama gadget. Kemaren juga disebut-sebut soal fenomena popcorn brain, aku baru denger tentang popcorn brain ini. Popcorn brain itu kondisi otak yang meletup-letup kaya popcorn ketika dimasak. Buktinya apa? Nonton video baru sebentar udah pengin ganti yang lain. Ngalamin? Iyaaaaa. Aku sih iyaa huhuhu. Sebabnya karena anak terstimulasi mencari konten yang menarik bagi dirinya, jadi nggak tertarik lagi main yang nggak melibatkan gadget.
Wah parah sih, padahal aku pengiiinnn anak-anakku doyan baca kaya ibuknya. Ea. Masih soal popcorn brain nih, aku sertakan ya beberapa screenshot materinya.Anak yang terbiasa berinteraksi dengan gadget dengan warna-warninya yang berkedip-kedip cenderung kurang tertarik pada tulisan hitam putih seperti di buku.
Gadget memang tidak bisa dihindarkan, tapi bisa dikendalikan.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)
Untuk ibadah. Apakah ibadah cuma pas shalat, puasa, sedekah aja? Oh, tentu tidak. Semua hal bisa jadi ibadah asal diniatkan dan dilakukan dengan cara yang Rasulullah SAW contohkan. Aku jadi ingat pernah ikut kelas purpose of life dari Kang Nugie. Kang Nugie menjelaskan bahwa kita harus menemukan peran spesifik yang jadi tujuan hidup kita, agar kita bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang. Tentang purpose of life kita bahas di postingan lain, ya!
Memahami bahwa anak kita adalah manusia akan membuat kita lebih hati-hati dalam bersikap. Pas mau ngomel
"Eeehh, ini anak kecil Allah ciptain buat ibadah, masa iya ku omelin."
dan akan membuat kita paham tujuan pendidikan kita apa, agar selaras dan nggak melenceng dari tujuan penciptaan anak kita.
Ada satu pertanyaan lagi yang harus dijawab orang tua ketika membuat konsep pendidikan anaknya.
"Untuk apa menyekolahkan anak?"
Coba dipikir pelan-pelan lalu tulis jawabannya, kenapa kita pengin anak kita sekolah? Apakah biar pintar, lalu kerja, lalu bisa makan enak, punya rumah nyaman dan otomatis bahagia? Apakah sekolah cuma bertujuan sebatas itu saja? Gimana dengan karakter? Apakah sekolah juga bertujuan memumbuhkan karakter baik dalam diri anak?
Charlotte Mason percaya bahwa seharusnya pendidikan dan sekolah tidak berhenti tujuannya sampai di level pintar untuk bekerja saja tapi juga mendidik agar anak memiliki karakter mulia, lebih bijak dan menjadi pribadi yang magnanimous. Maksudnya magnanimous itu berbudaya, mampu menilai dan menimbang mana yang baik dan kurang baik, dan tahu caranya hidup tidak hanya tahu caranya mencari uang. Wow!
Tidak apa-apa set goal tinggi, karena dari situ kita jadi bisa melompat lebih tinggi. Kalau goalnya rendah, ya lompatnya segitu-gitu aja. Iya kan?
Fungsi dari pendidikan bukan untuk meningkatkan kemampuan teknis, tapi untuk membangun manusia. Makin manusiawi seseorang, makin baik pula caranya bekerja. Apapun pekerjaannya.
Maksudnya manusia yang manusiawi adalah manusia yang semua possibilities-nya keluar sehingga ia tahu tujuannya hidup dan tahu alasannya hidup. CM percaya manusia diciptakan dengan tujuan yang lebih besar dari dirinya sendiri, maka cari cara supaya hidup yang hanya satu kali ini jadi bermanfaat!
Tulisan ini masih akan disunting karena dikerjakan di minggu hectic pelatihan. Tunggu versi finalnya ya!
Aku memilihnya karena aku merasa cukup, tidak lagi butuh tempat lain untuk bercerita atau mencari apresiasi.
Hal-hal yang kita, orang dewasa, anggap kecil seperti memandikan, membacakan buku, mengantar sekolah atau ngaji bisa jadi adalah hal-hal yang berarti penting dan dinikmati oleh anak-anak kita.
Comparison is the thief of joy.Biasanya kalau udah mulai banyak nggak puas sama hidup sendiri, sebab utamanya itu karena melihat hidup orang lain. Temen makan di cafe, liburan ke kutub utara lihat aurora, baru beli rumah lalu sering update progres ngisi rumahnya, ootd pakai brand-brand hits di instagram, daaaan lain-lain. Cuma gara-gara melihat kaya begini, kita jadi inferior karena kita sarapan aja dirapel sama makan siang, itu pun kadang ngabisin makanan si anak aja. Boro-boro aurora, lihat bulan purnama sepulang masjid aja rasanya udah weowe wow, rumah juga masih di awang-awang karena masih setia di rumah mertua, baju juga dasteran aja. Baju pergi juga nggak banyak karena jarang pergi-pergi.
Menikah adalah solusi yang menghadirkan masalah-masalah baru.Baca juga: Pake Jilbab di Rumah Mertua Nggak Seribet Itu