Tadi pagi di Path gw nemu gambar yang lumayan menggelitik. “Jangan
iri jika seseorang melebihimu dalam urusan dunia, tapi irilah jika seseorang
melebihimu dalam urusan akhirat.” Kalimat itu bikin gw berpikir hari ini.
Kalau kalimat itu gw yang ngomong menanggapi seseorang yang
(misalnya) lagi kuliah di MIT atau Oxford atau Harvard let’s say; atau seseorang
yang kerjanya keliling Indonesia atau keliling dunia, mungkin kalimat itu
terkesan pembelaan semata. Pembelaan untuk menenangkan diri sendiri karena gw
belum bisa seperti itu. Begitukah?
Belakangan gw lagi banyak ngedownloadin video-video kajian
dan ceramah-ceramah karena ada beberapa bidang ilmu yang lagi gw kejar
sedangkan membaca buku akan memakan lebih banyak waktu, dan ngedengerin ceramah
dari video bisa disambi nyuci baju, nyapu, masak, sarapan atau nyetrika. Hemat energi,
lumayan buat mengejar ketertinggalan walaupun membaca tetap punya sensasi
sendiri. Trus apa hasilnya? Hasilnya adalah gw sadar banyaakkk yang gw belum
tahu. Iya beneran banyak! Hfffff semoga pertanyaan malaikat nanti tentang buat
apa masa muda ini gw habiskan ngga gw jawab dengan belepotan.
Kenapa belepotan?
Karena Rahma yang dulu, paling anti sama kajian. Kasih pilihan
gw leyeh-leyeh di kosan nonton India atau dateng ke MSU (masjid kampus IT
Telkom) buat kajian, mutlak jawaban gw. Nonton India! Padahal nonton film bisa
nanti-nanti, sedangkan kajian ngga bisa diulangi.
Karena Rahma yang dulu males kali datang ke masjid. Padahal tempat
itu menjanjikan sejuta manfaat. Tempat seadem masjid, senyaman itu, yang ketika
kita melangkah mengarahnya maka kaki akan bersaksi, dan tiap langkahnya akan
dihitung sebagai kebaikan. Kenapa masih banyak beralasan untuk tidak ke masjid?
Padahal di dalamnya, hati yang keras bisa melembut. Diri yang futur, semangat
ibadah yang meluntur, bisa menguat. Dan ada benda bernama kotak infaq yang bisa
menjadikan pertanyaan malaikat “Untuk apa hartamu kau gunakan?” memiliki
sebagian jawaban. Mengapa masih beralasan?
Dulu alibi gw adalah "Ah masih muda, ntar aja ke masjidnya." dan sekarang gw iri liat anak-anak muda yang rajin ke masjid (Gw masih muda juga sih yaa btw). Anak-anak SMA, mahasiswa tingkat awal yang hatinya terikat sama masjid. Rajin dateng kajian, aktif di komunitas atau organisasi yang ngasih banyak manfaat. Semoga kalian terjaga untuk bertahan di jalan itu *senyum*
Betapaaa dulu parameter sukses di mata gw adalah mereka yang
sukses karirnya, berprestasi sekolahnya, bisa liburan ke mana-mana; tapi hidup
bukan cuma tentang karir, sekolah dan liburan. Hidup ini ibarat menyeberang
jalan kata Umar bin Khattab. Lantas untuk apa banyak berfokus memetik
bunga-bunga kecil di sepanjang penyeberangan jalan jika kita tahu ada taman
bunga maha luas setelah selesai menyeberang?
Bukan berarti karir, sekolah dan lain-lain ngga penting. Tapi
bukan itu aja yang penting. Dulu gw ngga berpikir kalo kaya harta itu juga
tujuan, sampe akhirnya mata gw dibuka lewat seseorang yang banyak punya andil
dalam berubahnya hidup gw. Siti Halimah. Kata Siti, muslim itu harus kaya,
karena makin kaya, makin banyak orang yang bisa kita bantu, makin banyak harta
yang bisa dipakai di jalan Allah. makin banyak kita bisa sedekah, makin banyak
peluang kita memberi manfaat. Itu pertama kalinya gw sadar “Oh bener juga! Muslim
harus kaya!” yang ternyata itu pula yang dilakukan khalifah Abu Bakar, Ustman dan
banyak sahabat Rasulullah lain.
***
Gambar diambil dari internet (lupa sumber) dan udah lama ada di gallery |
Tulisan ini kalo dibaca dari judul, trus atas ke bawah ternyata agak ngga
nyambung antar paragrafnya hahaha. Maafkan, angsajenius sudah lelah baru nyampe
ke kosan. Tapi banyak ide yang meluap-luap di kepala minta dituangkan, dengan
sisa-sisa tenaga jadinya ala kadarnya begini. Kenapa ngga nunggu besok aja? Karena
sesuatu kalo ditunda-tunda ujungnya cuma dua, lupa atau ilang mood sehingga
diselesaikan dengan sekenanya.
Daaaaannn.... karena tadi abis BW ke fiscusswannabe, salah satu blog yang rutin gw BWin di awal-awal angsajenius lahir. Tertulis:
Salah satu tujuan ngeblog adalah membangun makam di dunia maya. Ngebloglah karena
kita ingin punya sesuatu untuk dikenang saat sudah meninggal nanti, karena
nisan tidak memberi apa-apa selain nama, tanggal lahir dan tanggal kematian.