Terisak seorang istri usai shalat Maghribnya. Jarak tak pernah gagal menjadikan perasaannya terhadap suaminya semakin syahdu. Ia ingat betul rupa fisiknya yang berubah setelah kelahiran anak pertama mereka, dan bintik jerawat yang datang dan pergi seperti hujan kota Bogor di bulan ini.
“Bang, aku jerawatan, emmmm...”, yang dibalas dengan jawaban yang tak pernah berubah,
“Emang aku pernah komplain?” atau “Nggapapa, aku tetep cinta.”
Atau ketika gurat putih sisa kehamilan makin jelas wujudnya, dan ia mulai merasa tidak nyaman dengan perubahan tubuhnya, laki-laki itu selalu menjawab “Ngga apa-apa, aku tetep cinta.”
Makin terisak sang istri mengingat betapa suaminya selalu berusaha memudahkan urusannya, memudahkan hidupnya. Sepertinya kesusahan apapun akan segera menemukan jalan keluar hanya dengan satu password, bang. Kalaupun ada masalah yang belum mendapat solusi, setidaknya hatinya tak lagi gulana karena ia tahu, suaminya akan mengusahakan dan berjuang bersamanya.
Oh, betapa ia ingin rumah tangganya abadi sampai surga. Pedih ia membayangkan adanya perpisahan, tapi memang hidup hanya sementara. Maka apalagi yang bisa ia minta, sebagai wujud cintanya, jika bukan memohon pada Penguasa Semesta untuk mengijinkan mereka bersama sampai surga?
What did I do to deserve you? Masyaa Allah, alhamduliLlah Allahuakbar.
Foto diambil saat hamil 9 bulan, sekitar dua minggu sebelum lahiran. Untuk pertama kalinya setelah ratusan rayuan, sang suami mau diajak berfoto di kotak bernama photobox.
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca! Silakan tinggalkan komentar di bawah ini :)