Bismillah. Been a while ya gw ngga menyapa dashboard
angsajenius, maklum lah (kesibukan) di rumah selalu bikin males buka laptop,
bahkan untuk sekedar ngenet iseng sekalipun karena faktor sinyal yang
ndut-ndutan.
Hari ini 17 Agustus 2013 pukul 23.00 waktu Delia
(perkenalkan, Delia, laptop kesayangan gw *jabat tangan*) Dan hari ini,
Indonesia kita berusia tepat 68 tahun. Enampuluh delapan tahun Indonesia merdeka,
tapi nyatanya masih belum sepenuhnya merdeka. Kompeni memang sudah angkat kaki,
tapi sekarang kita dijajah oleh bangsa sendiri.
Mengkritik memang selalu lebih gampang dibanding
melaksanakan, tapi bukankah salah satu cara terbaik untuk melihat diri sendiri
adalah melalui mata orang lain?
Negeri kita kaya, tapi nyatanya banyak hartanya yang tidak
masuk ke kantong bangsa, justru menggelembung di saku-saku asing dan beberapa
laci petinggi-petinggi yang mengaku mengabdi tapi nyatanya justru memeras habis
demi keluarga atau golongannya sendiri.
Negeri kita adil dan makmur, katanya, tapi pembangunan tidak
merata. Nyatanya, di banyak bagian pelosok negeri fasilitas sangat tidak memadai,
sekedar listrik sekalipun, ada yang nyala lima jam sehari.
Negeri kita menjunjung tinggi kejujuran dan nilai-nilai
Pancasila, tapi nyatanya korupsi ada dimana-mana. Tak usah jauh-jauh, mencontek
saat ujian pun termasuk korupsi.
Tapi memang Allah Maha Adil, Dia berikan potensi luar biasa
pada pemuda-pemudi Indonesia, dan semoga ada nama Rahma Djati Kusuma di salah
satunya. Bangkit pemuda, terlalu banyak tugas kita. Tak bisa kita hanya
berfokus pada urusan mencukupi kebutuhan perut sendiri lalu lupa pada urusan
perut orang lain.
Indonesia, bersiaplah! Kami sedang memantapkan diri
membangun negeri dalam banyak sisi, ada jalan awal yang sudah terjajaki dan
kami yakin, masih panjang jalan di depan terbentang. Indonesia, bersiaplah
untuk bangkit lagi! Tak boleh ada lagi garuda yang terbang tinggi lantas lupa
menapakkan kakinya ke tanah, karena Indonesia memiliki garuda-garuda yang siap
terbang tinggi dan sesekali turun untuk evaluasi.
Sementara kita disini bermerah-putih, ada saudara kita di
belahan bumi lain pun sedang bermerah-putih. Bedanya, disini merah putih ceria
kemerdekaan, disana merah putih berduka karena merah adalah darah dan putih
adalah kafan. Iya, gw bicara soal Mesir. Sempatkan menyebut mereka dalam doa
kita, nyok! Inget kan, Mesir adalah Negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia?
Layakkah kita disebut merdeka kalo bisa-bisanya kita ketawa di atas tangis dan
air mata saudara sendiri?
Suka dengan tampilan google kemarin hehehe
ReplyDeleteMinal Aidin yah Rahma